Sesuatu yang paling
berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman
hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling
sering diulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang penuntut ilmu
hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam
Nawawi : “ Hal Pertama (yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu)
adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para
ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang
telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan
diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan menyebabkan
hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “ (Imam
Nawawi, Al Majmu’,(Beirut, Dar Al Fikri, 1996) Cet. Pertama, Juz : I, hal :
66))
Di bawah ini beberapa langkah
efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya
adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama : Pertama kali
seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat
ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan
bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak
berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya
ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.
Langkah Kedua : Hendaknya
setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar
dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak
ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini
sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه
وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung
mengerjakan sholat. “
Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a
untuk menghafal Al Qur’an.
Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim
bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa
berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم
ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم
الراحمين .
“Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an,
dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan
ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
Langkah Keempat : Menentukan
salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode
yang bisa digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing orang akan
mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan
disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti
sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per
satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau
kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru
mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran
berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman
berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal
sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian
kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita
harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman
ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian
sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang
sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang
baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita
harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat
dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima
kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi
dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk
halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan
begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya
ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan
antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per-
ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara
benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita
pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai
satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus
mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu
halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode
pertama.
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh
hizb ( bagian ) :
1.
Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
2.
Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
3.
Surat Yunus sampai Surat An Nahl
4.
Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
5.
Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
6.
Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
7.
Surat Qaf sampai Surat An Nas
B
oleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat
An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.
Langkah Kelima : Memperbaiki
Bacaan.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar
sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ),
atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- >
الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf .
Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَىإِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة :
124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِيكُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى
الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْيتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى (ونس : 35 ) —- > أم من
لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَالْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت
:29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا
أَنَّهُمَا فِيالنَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين
فيها
Langkah Keenam : Untuk
menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan kepada
orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang,
ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena
kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga
kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan
bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai
orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.
Langkah Ketujuh : Faktor lain
agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar
kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya.
Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain,
akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui,
akhir-akhir ini – alhamdulillah – banyak telivisi-telelivisi parabola yang
menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang
mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran
langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’
yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini
lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain
itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan channel- channel televisi
lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu kita di dalam memperbaiki bacaan
Al Qur’an.
Langkah Kedelapan : Untuk
menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal
sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian
kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan
hilangnya hafalan tersebut. Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli
hadits yang hafalannya sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu
ketika, ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai
tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia
mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian
nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak,
apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ ,
jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah
hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya
ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai
mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi
Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut
menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek
tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya
Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. Cerita ini menunjukkan
bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekedar
menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana nenek
tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam
hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan
tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.
Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
Langkah Kesepuluh : Menghafal
kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al
Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan
benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan
mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
Langkah Kesebelas : Menggunakan
satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis
mushaf kepada yang lainnya.Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita
lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan
mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang
penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر
فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka
pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu.”
Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana
ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau
terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10
lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf
Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al
Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji.
Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan
bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.
Di sana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh
sebagian orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan
dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren
tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.
Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu
yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing.
Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra,
disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين
أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من
الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam
agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan
benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang
dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita
bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh
: di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan
untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang
siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam habis
sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah satu
waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika
sedang mengerjakan sholat –sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal
ini dikarenakan waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan
konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika
di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia
ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya
akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan
menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat,
kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu
selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.
Langkah Keempatbelas : Salah satu faktor
yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih)
. Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa (
mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat
yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya
ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu
seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah )
yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ
بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173
< ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ
بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير
الحق ) البقرة : 61
( إن الذين
يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير
حق ) آل عمران : 21
( ذلِكَ
بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ
الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap
bisa dirujuk buku – buku berikut :
§
Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min
Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.
§
Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
§
Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
§
‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni
Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al
Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah
menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk
dengan studinya yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada
suatu pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya
kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren
akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan
urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena
seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh
jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ”
hafidhah “, akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka
jawabannya adalah nihil.
Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang
bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang
paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus
ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar
istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk
menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi.
Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak
cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang
terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai
berikut :
§
Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim
tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya
dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya
setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum
sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila
dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum
adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah
sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat
shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu
mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat
seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya
sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa
menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama
sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat
malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap
harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari
sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh
hari sekali.
§
Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu
ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat
tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz
yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia
bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam
dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan
ruku.
§
Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam
halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga
hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima
juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima
belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta
mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
Referensi:
1.
Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani
dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361
2.
Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut bisa
dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi
At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 )
Cet Pertama, hal. 97 -120
3.
Ibid, hal.21-39
4.
Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo,
Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13
5.
Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6
6.
Ibid. hal 12
7.
Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar
Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16
8.
Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15
9.
Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz :
I, hal : 66
sumber : sini
terima kasih banyak untuk berbagi informasi, Semoga Tuhan memberikan yang terbaik buat Kita Semua
BalasHapusaamiin. semoga bermanfaat
BalasHapusmakin kreatif aja
BalasHapusAyo follow blog Aya tiniii.. ^^,
Hapus