” Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? ” (QS. Al Qamar :17)Menjadi bagian dari para penghafal Al Qur’an adalah sebuah kenikmatan besar. Itu berarti Allah swt telah menunjukkan jalan terbaik dan menginginkan kebaikan untuk kita. Dari Muawiyah ra. Ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikannya, maka Allah akan menjadikannya paham dalam agama” (HR. Bukhari-Muslim). Agar kebaikan dan Rahmat Allah tersebut tetap bersama kita, maka dibawah ini adalah beberapa usaha/tips agar semangat dan keterikatan kita dengan Al Qur’an tetap terjaga. Semoga bermanfaat..
Usaha Maknawiyah Ia adalah usaha-usaha untuk menguatkan ruhiyah dan keimanan kita. Ia erat kaitannya dengan kebersihan hati, dan orang yang paling kuat adalah mereka yang kuat iman dan kokoh ruhiyahnya.
a. Kembali mengikhlaskan niat
”Sesungguhnya setiap amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari-Muslim).Sedari awal kita sudah berusaha untuk ikhlash. Namun bisa saja di tengah jalan , ketulusan amal itu akan terkikis oleh godaan syetan. Tugas kita adalah terus mengawal niat tersebut agar tetap lurus. Beramal karena manusia akan menjadikan kita kehabisan energi di tengah jalan. Hal tersebut selain karena ia adalah syirik, juga manusia belum tentu mampu memberikan apa yang kita harapkan. Keikhlasan karena Allah lah yang akan menjadikan kita kuat dan selalu berharap kepadaNya. Jika ada yang menghafal AlQur’an dengan tujuan untuk mencari harta atau predikat di dunia, hendaklah ia berhenti…. untuk memperbaiki niatnya. Ia telah salah memilih motivasi. Salah dalam mengawali perjuangannya. Imam Fudhoil bin ‘Iyadh mengatakan : ” Meninggalkan amal karena manusia adalah riya, melakukan amal untuk manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah jika anda terbebas dari keduanya”. Artinya amal anda harus benar-benar lillahi ta’ala.Niat urusannya adalah hati. Sedangkan hati itu berada di antara jari-jari Ar Rahman. Ia mudah untuk dibolak balik. Jadi janganlahh sungkan untuk terus memperbaiki niat kita.
b. Menyelami kembali keagungan Al Qur’an
Tak kenal maka Ta’aruf. Begitu juga dengan Al Qur’an. Dengan hanya membacanya saja belum cukup bagi kita untuk memiliki semangat menghafal dan memelihara hafalan. Saatnya dukungan lain diperlukan. Bahasa arab, membaca sebagian tafsir atau seluruhnya, memahami sejarah dan ulumul qur’an akan sangat membantu melahirkan energi-energi baru.Hadits-hadits fadhailul Qur’an dan uraian para ulama tentang keagungan Al Qur’an, mutlak dibaca. Disana kita akan menerima secara langsung sabda-sabda Nabi tentang mukjizatnya tang terbesar ini. Kita akan mengetahui karunia dan pahala yang akan diberikan oleh Allah bagi mereka yang istiqomah, atu sebaliknya apa saja akibat atau bencana bagi yang menjauh dari Al Qur’an. Dalam hal ini, membaca bab Fadhailul Qur’an dalam kitab Riyadhushsholihin menjadi tuntutan paling minimal.
c. Menjauhi maksiat
Kemaksiatan bisa berpengaruh langsung atau tidak langsung. Ia akan menggelapkan hati, mempersempit pintu rizki, mehjadikan hina pelakunya disisi Allah dan mematikan semangat dan cita-cita. Jika terjerumus ke dalam kemaksiatan, segeralah memperbanyak istighfar, berinfak atau amal sholeh yang lain sebagai bentuk Mu’aqobah ( memberikan sanksi terhadap diri akibat kemaksiatan). Sabda Rasulullah saw “dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan , niscaya ia akan menghapusnya”.
d. Doa
Doa adalah senjata seorang mukmin. Ia juga adalah inti dari ibadah. Allah pemilik segala alam semesta, termasuk kita. Kita memohon kepadanya agar kita diteguhkan jiwa, langkah dan cita-cita kita menuju jalan yang diridhaiNya. Doa juga merupakan bukti ketundukkan dan i’tiraf kita bahwa Allah lah yang Maha kuasa. Allah menyebut orang-orang yang meninggalkan doa sebagai kaum yang sombong.
Usaha Hissiyah (kongkret)Ia terkait dengan usaha-usaha kita yang tampak dalam aktivitas sehari-hari. Bagaimana mengatur waktu, mencari bi’ah (lingkungan) yang sesuai dan kawan yang sholeh.
e. Rajin-rajinlah pergi ke Masjid
Dapat dikatakan bahwa masjid adalah salah satu sumber kekuatan bagi seorang muslim. Ia merupakan tempat yang teduh, nyaman dan sangat kondusif untuk melakukan berbagai ibadah. Termasuk menghafal atau murojaah (mengulang hafalan) Al Qur’an.Bagi laki-laki hal ini lebih ditekankan lagi, karena shalat 5 waktu bagi mereka sangat dianjurkan untuk ditunaikan secara berjamaah disana.Lain masjid lain rumah. Rumah – terlebih bagi mereka yang sudah berkeluarga- selalu menghadirkan nuansa lain, pekerjaan rumah, anak-anak, keperluan dapur atau tamu yang datang. Sedikit banyak ia akan mempengaruhi kekhusyuan atau konsentrasi kita, apalagi jika hafalan kita masih baru atau memang sedang menghafal hafalan baru yang memerlukan kondisi dan suasana yang tenang.Masjid akan memberikan suasana yang lain. Ia sejuk dan tenang, sesederhana apapun bangunannya. Sepertinya ia sudah menjadi pengalaman setiap orang yang telah merasakannya. Lagi pula kita bisa meniatkannya untuk i’tikaf… cobalah..
f. Memiliki target harian
Tidak ada hari tanpa Al Qur’an. Slogan ini harus lebih kuat lagi kita pegang. Sangat ironis jika ingin meraih kemuliaan al qur’an, namun ia lalai darinya. Targetkan beberapa juz atau beberapa surat yang harus kita baca/ murajaah setiap hari. Jika terlewat, maka mengqadhanya akan lebih baik.Berapa jumlah yang harus kita baca setiap hari? Ia tergantung kepada berapa banyak hafalan kita, berapa banyak waktu yang kita punya dan berapa sibuk aktivitas kita. Selama dalam hati kita masih tersimpan semangat, masih menyala energi untuk terus bersama Al Qur’an dan masih ada keterikatan hati kepadanya, maka insyaAllah akan tetap dalam kebaikan. Yang celaka adalah jika api semangat itu telah reduh atau bahkan telah mati.
g. Mengalokasikan waktu
Di antara waktu terbaik untuk menghafal Alqur’an adalah waktu pagi. Rasulullah saw berdoa ” Ya Allah berkahilah ummatku di waktu paginya”. Waktu pagi sebelum shubuh atau setelahnya, adalah saat di mana hati dan pikiran kita jernih, belum dipusingkan dengan agenda harian kita. Suasana yang sejuk, tenang dan fisik yang masih segar adalah waktu emas untuk menghafal Al Qur’an.Namun demikian, setiap orang akan menemukan sendiri waktu yang cocok .
h. Memanfaatkan momen
Moment disini adalah saat-saat dimana kita tertantang untuk melancarkan hafalan. Misalnya seperti Tasmi, imam shalat atau Ujian. Saat-saat seperti ini akan memotivasi kita untuk mempersiapakan hafalan dengan baik. Bergembiralah dengan moment seperti ini, jangan malah mundur. Meskipun berat, namun ia akan membawa pengaruh yang positif.
i. Melahirkan lingkungan qur’ani
Dimana pun kita berada hendaklah kita mencari teman seperjuangan yang memiliki fikrah yang sama. Carilah para penghafal Al Qur’an atau lembaga Al Qur’an agar kita bisa mentasmikan kembali atau meneruskan kembali hafalan kita. “Agama seseorang itu bisa dilihat dari agama temannya” begitulah sabda Rasulullah. Bekerjasama itu selalu menjadikan beban lebih ringan.Jika tidak ditemukan, maka menjadi tugas kita untuk menciptakanlingkungan itu. “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya”. Ada saat dimana kita menjadi pelajar, ada juga saat dimana kita harus menjadi pengajar atau bahkan perintis sebuah kebaikan.Semoga Allah meneguhkan hati kita untuk tetap cinta Al Qur’an dan istiqomah dalam Islam. Wallahu A’lam bis Showab..
Abu Wafi
Sumber : www.facebook.com (lupa dari mana jelasnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Trims ya sudah berkenan ninggalin jejak di Memories of My Life .n_n.