Akhir-akhir ini mumet terus melanda. Jangan dipancing, syetan sedang mendekat.. Aku lalai dan lengah... Lupa berdoa dan meminta ampun terus menerus... Aku lupa lafaz "A'uudzubillaahiminasysyaithoonirrojiim"... Aku lupa lafaz "Astaghfirullaahal azhiim"...
Mata hati rasanya tertutup.. Aku tidak boleh lalai mendengarkan lantunan ayat-ayat-Nya yang indah itu... Tak perlu berpanjang-panjang, mari ku ceritakan hal-hal yang membuatku panas dan tidak mau mengalah.. Astaghfirullah... Kerdilnya hati dan jiwa ini ya ALLAH...
Sepulang sekolah aku menangis sesenggukan. Aku tidak tau lagi apa yang aku pikirkan, tidak tau lagi masalah apa yang sedang ku hadapi... Aku gelap hati... Sedih.. Tak bisa ditahan. Benar-benar menyesak.. Aku tidak tahan... Bulir-bulir air mataku mengalir.. Membasahi kedua pipiku.. Wajahku yang sudah lusuh tambah lusuh.. Padahal sepulang sekolah itu aku harus pergi ke majelis ilmu yang tlah lama ku tinggalkan karena jadwal yang bentrok... Padahal kemarin adalah hari pertama jadwal yang cocok dan aku yang harus mengisi materi di pertemuan itu... T.T
Seorang sahabat terbaikku menelponku. Berkali-kali di jalan hingga aku telah mengistirahatkan badanku di kasur. Aku lelah sekali... Kemarin aku pergi dengannya, mencari harddisk eksternal dan handphone baru dual sim dan rencananya kami ingin samaan, nokia X1-01. Tapi tidak tau kenapa, sepanjang jalan dengan sahabatku ini, aku tak jarang jadi badmood. Aku dianggap seperti anak kecil yang tak tau apa-apa. Tidak bisa menyeberang jalan, tidak bisa ini, tidak bisa itu. Ada hal yang mengganjal. Aku tidak suka caranya. Aku tidak suka caranya memberitahuku. Dia memberitahu dengan marah-marah -terkesan begitu-.
Dulu ku rasa aku masih bisa mengalah -walau katanya aku sama saja tak pernah mau mengalah-, setidaknya aku selalu mengiyakan apa yang dia kehendaki karena aku tidak mau cari ribut, tidak mau berdebat, tidak mau berkelahi, tidak mau perang mulut. Aku lelah. Aku biasanya memilih diam. Tapi sejauh ini, aku malah menjadi keras hati dan sahabatku itu menjadi sosok yang paling sabar menghadapiku. Ya, amat sabar. Setiap aku mengeluarkan uneg-uneg ku padanya -langsung ku ungkapkan di telepon dan aku tidak tau apakah setiap kali aku bercerita, dia langsung tersadar itu dia atau tidak, tapi ku rasa dia tau-, dia dengan sabar dan hanya menghela nafas berat.
Dia sabar menghadapiku. Ntah kenapa aku menjadi orang yang pelampias. Ketika tersinggung atau emosiku memuncak, aku tak takut pada manusia, siapapun, aku jadi orang yang tak bisa ditentang.. Aku keras kepala. Aku EGOIS. Hanya aku yang benar dan hanya kata-kataku yang harus didengarkan. Kenapa? Aku tidak tau. Apakah karena aku yang terlalu sering memendam kesal dan hanya menanam geram di hati, tapi tak pernah terungkapkan. Rasanya sekarang hati ini sudah lelah untuk menahan. Aku belum menjadi perempuan yang sabar... Astaghfirullahal azhiim.....
Ya ALLAH, mohon ampun. betapa lemahnya hamba. Kenapa hamba harus tunduk pada syetan??? Hamba sedih ya ALLAH.....
Dia menanggapiku selama kurang lebih 3 jam... Dari jam 14.30 hingga 17.30. Sepanjang itu aku sesenggukan. Mengeluarkan uneg-uneg. Memuntahkan semua kekesalanku. Ada yang salah dengan diri ini. Bukan ada lagi. tapi terlampau banyak. Aku tidak tau harus bagaimana. Ada 2 suara yang ku dengarkan.. Yang satu memerintahkan untuk terus keluarkan uneg-unegku dan yang satu berkata bahwa aku harus sabar dan yang ku lakukan adalah salah. Aku selalu menyalahkan sahabatku. Beruntung sekali dia sabar. Ntah sampai kapan dia akan bersabar. Berharap aku bisa segera me-manage diri ini dan bisa menjadi perempuan yang sabar dan pengertian.
Aku baru sadar, betapa susahnya menjadi orang yang sabar, pada prakteknya aku gagal. Gagal Total. Aku salah langkah. Ku kirimkan pesan kepada Bapak, ku katakan kalau aku kewalahan menghadapi siswa-siswi ku di sekolah yang nakal dan tidak menghargai gurunya sama sekali. Aku terpancing, betapa bodoh dan rendahnya. Harusnya mereka ku rangkul dan ku dekati baik-baik, tapi saat itu pengaruh lelah yang ku rasakan, membuatku lengah dan lalai, dan syetan masuk melalui celah kelalaianku. Aku MARAH. walau tidak pada orang khusus. Aku marah di depan kelas. Aku minta perhatian siswa-ku dengan suaraku yang ku keraskan dengan harapan mereka menoleh ke depan dan mendengarkan aku yang akan membacakan soal ulangan mereka. Aku hanya menyampaikan amanah seorang guru. Aku hanya menggantikan guru yang sebenarnya untuk masuk kelas. Aku hanya menjalankan amanah. Aku cuma tak ingin waktu 1 jam (45 menit) itu amanahku tidak selesai.
AKU MARAH. Seharusnya tak boleh ku lakukan. Seharusnya ku dekati dengan lembut. Bukan dengan wajah dingin dan suara yang keras. Suaraku hampir habis membacakan soal untuk mereka yang minta diulang-ulang. Dan mereka bertindak curang, sungguh di luar dugaanku mereka begitu cerdik -ralat, licik-. Astaghfirullah...... Astaghfirullah.... Kemarin aku lupa beristighfar... Astaghfirullah... Syetan-syetan itu pesta pora di dekatku. Astaghfirullah. Aku kehabisan cara. Aku benar-benar putus asa kemarin. Bagaimana caranya agar aku menjadi sosok guru yang diterima mereka dengan senang hati dan saling menghargai???? T.T Sedih...
Sahabatku masih mendengarkan celotehanku. Sebenarnya kami sama-sama ada janji. Di dalam kisah ini aku juga kesal pada sahabatku itu. Padahal kebaikannya sudah tak terhitung, tapi hal yang buatku kesal dan panas masih saja melekat. Aku tidak mau jadi orang pendendam. Tidak mau. Maafkan aku sahabat.....
Dia bertanya "apakah aku kurang baik???? bagaimana kalau aku menjadi orang yang ketika kamu salah sedikit saja langsung ku umpat dan ku maki-maki, bagaimana kalau aku menjadi orang yang semena-mena terhadapmu??? Bagaimana kalau aku menjadi orang yang sangat perhitungan padamu???". Aku terdiam. Merasa bersalah tapi di sisi lain tak mau kalah. Lagi-lagi aku bertanya kenapa aku jadi keras seperti ini???? Ada apa dengan diri ini??? Aku malu dengan sahabatku itu. Makin hari makin sabar. Amat penyabar. Setiap kebaikan yang dilakukannya aku malu. Yang ku lakukan selalu tertolak. Dia selalu menolak hal-hal yang ku lakukan. "Tak usahlah, Tak perlulah", dan macam-macam penolakan lainnya. Aku berhutang budi.
HP ku berderang dering tanda sms masuk. Ada 2 janji. Sms beruntun masuk menanyakan aku dimana dan bisakah aku datang. Ku lihat wajahku di cermin, mataku merah dan bengkak. Memalukan. Tak ingin membuat orang bertanya-tanya kenapa mataku bengkak dan jelas-jelas seperti habis menangis. Tak mau mebuat orang bertanya-tanya perihal apa yang terjadi. Akhirnya ku teruskan pembicaraan dengan sahabatku ditepon. Aku masih sesenggukan. Aku masih berbicara dengan nada ketus. Padahal hatiku sebenarnya luluh dan berterima kasih karena memiliki sahabat yang mau menyempatkan waktunya untuk mendengarkan masalahku. Aku berterima kasih padanya. Tapi hatiku masih cukup KERAS untuk mengucapkan terima kasih padanya. Bergunung-gunung terima kasih untuknya.
Aku pun merasa bersalah karena aku takut warga di kosanku berpikir yang tidak-tidak tentangku. Tak ada satupun yang ku sapa hari kemarin. Aku keluar masuk begitu saja. Tanpa pamit. Maafkan aku.....
Aku lelah... Ini benar-benar hari yang berat. Aku harus menghapus semua rasa gengsiku untuk mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang menyayangiku dan baik padaku. Aku harus merendahkan hatiku untuk bersikap ramah dan manis serta mampu memisahkan masalah pribadi dan umum. Aku harus mampu mengontrol emosiku agar tak salah pelampiasan. Aku harus sehatkan jiwaku.
Setelah menangis, aku tertidur.. Lelah.. Mataku sipit dan bengkak... Dan aku terbangun jam 8 malam. Sahabatku yang satu lagi menelpon dan ntahlah, ketika mendengar sapaan ramahnya, aku luluh -lagi-, betapa tentram hati ketika diperhatikan dan ditanya dengan lembut "ria kenapa.... coba cerita... " Ingin tumpah air mataku.. Padahal saat itu aku sedang kesal.. Masih merasa ada amarah yang tersisa. Tapi mendengar sapaan ramahnya, aku bisa tersenyum dan tertawa kecil. Betapa keras hati ini ya ALLAH.................... Astaghfirullah...
Mendengarkan sapaan itu, aku sadar.. Betapa senangnya diperhatikan. Betapa senang dan penuh syukur ketika kita menyapa lembut sahabat kita yang sedang berduka. Ntahlah. Baru kali ini merasa nikmatnya. Selama ini belum pernah ku rasakan. Baru kali ini. Barulah aku tersadar 3 jam tadi sudah membuat orang amat bersedih. Orang yang datang dengan baik-baik padaku malah ku tanggapi dengan ketus. Mungkin hatinya telah berbekas akan sikapku tadi, seperti kayu pohon yang tertusuk lubang... Lama-lama mungkin akan hilang perlahan tapi akan tetap berbekas..
Aku punya banyak orang yang perhatian padaku..
Tapi aku selalu mengusir mereka pergi jauh dari hidupku..
Betapa tidak bersyukurnya aku, YA ALLAH....
Aku punya tema2 yang merupakan orang-orang yang LUAR BIASA...
Ada banyak cinta untukku...
Jadikanlah aku hamba-Mu yang selalu bersyukur..
MAAFKAN RIA, Teman...
MAAFKAN IBU, nak....
Janji, SABAR + PENGERTIAN dan LEMBUT HATI itu akan jadi milikku....
InsyaALLAH...
THANKS 4 BEING MY BEST FRIEND..
Tetaplah di sampingku dan bantu aku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Trims ya sudah berkenan ninggalin jejak di Memories of My Life .n_n.