Bila saatnya ku temukan indah di hatimu
Berapa lama waktuku harus menunggu
Cahaya matamu menghiasi seluruh hatiku
Andai kau tau dalam lelap kusebut namamu
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Kuharap nanti waktu yang akan menemukanmu
Apakah nanti hatimu masihkah milikku
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Ku masih menunggu...
Kumohon dengarkan aku bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Adakah diriku di dalam hatimu
Bila saatnya ku temukan indah di hatimu Bila saatnya ku temukan indah di hatimu
Berapa lama waktuku harus menunggu
Cahaya matamu menghiasi seluruh hatiku
Andai kau tau dalam lelap kusebut namamu
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Kuharap nanti waktu yang akan menemukanmu
Apakah nanti hatimu masihkah milikku
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Ku masih menunggu...
Kumohon dengarkan aku bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Adakah diriku di dalam hatimu
Bila saatnya ku temukan indah di hatimu Bila saatnya ku temukan indah di hatimu
Berapa lama waktuku harus menunggu
Cahaya matamu menghiasi seluruh hatiku
Andai kau tau dalam lelap kusebut namamu
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Kuharap nanti waktu yang akan menemukanmu
Apakah nanti hatimu masihkah milikku
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Ku masih menunggu...
Kumohon dengarkan aku bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Adakah diriku di dalam hatimu
Bila saatnya ku temukan indah di hatimu
Cahaya matamu menghiasi seluruh hatiku
Andai kau tau dalam lelap kusebut namamu
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Kuharap nanti waktu yang akan menemukanmu
Apakah nanti hatimu masihkah milikku
Reff :
Aku masih menunggumu bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Dalam gelap ini dalam diam ini
Ku masih menunggu...
Kumohon dengarkan aku bicara
Kunanti jawaban di hatimu
Adakah diriku di dalam hatimu
Bila saatnya ku temukan indah di hatimu
--Januari 2010--
Hanya kesedihan yang terekam di memori tanpa batas ini
Kesedihan yang porsinya jauh lebih banyak dibandingkan kebahagiaan yang hanya sepetak kecil
Kepura-puraanku dalam bersikap tegar membuatmu makin dan makin teguh pada pendirian
Mengirimkan sinyal-sinyal sakit dan perih di hati yang belum lama berbunga-bunga
Tak berani melawan karena aku tak punya kesempatan dan hak bicara
Kau tahu, itulah besarnya rasa sayangku
Rela sakit dalam waktu panjang agar dirimu suci dan tak terkotori oleh keberadaanku
Terlebih keberadaan cintaku yang menyebabkan dosa bagi hati putihmu
Tapi nyatanya aku tak kuat berjalan sendirian
Semua seperti mengalir
Aku mulai mencari dan mencari teman baru yang mengerti bahwa aku tak mampu sendirian
Sesosok teman baik itu hadir perlahan
Seolah malaikat tanpa sayap
Menggantikan kekosongan hati yang ditinggalkan jejak olehmu
Jejak-jejak yang tak juga lekang oleh waktu
Meninggalkan rasa perih yang menyayat jiwa
Sayatan itu masih berbekas
Karena setelah luka sekali, hampir kering, kau sayat lagi, entah berapa kali
Lenganku sudah rapuh, tak kuat lagi untuk menarik lenganmu demi menggandengku
Hatiku hambar, tapi dalam kehambaran itu masih terjejak semua tentangmu
Aku hanya terdiam dalam kesunyian
Menangis terisak di balik topeng tebal kebahagiaan yang kupoles di wajah senduku
Aku tak mampu berkata-kata
Tak bisa berontak
Aku ingin kau sadar bahwa aku bisa pergi kapan saja kalau kau buang dan ambil aku sesuka hatimu
Kau tahu hati ini seutuhnya milikmu
Sehebat apapun seorang yang lain bertekad dan berjuang mencuri hatiku, hanya bisa sedikit, bahkan separuhpun tidak akan pernah bisa
Tapi kau dengan santai dan angkuhnya bersikap acuh padaku
Kau tahu betapa sedih dan pilu hatiku
Bertahun-tahun membayang sampai jemu
Sampai aku benar-benar lelah atas perjalanan panjang kisah ini
Kisah yang tak kan pernah bisa kulupa
Kau hebat
Kau kuat
Kau tangguh
Kau mampu tegas dan aku menghargai ketegasanmu
TAPI mengapa saat aku bersikap yang sama terhadap orang lain, mereka tak menghargai dan tak mendengarkanku barang sekali saja?
Mengapa sikapku kepada orang lain tak kudapatkan dari sikap orang lain kepadaku?
Mengapa ini tak adil?
Mengapa aku yang harus kalah di saat aku seharusnya menang?
Mengapa aku yang harus berduka di saat aku yang seharusnya bersuka?
Aku menyesal tidak memperjuangkanmu sampai batas akhir waktuku
Aku menyesal tidak berontak
Tapi aku tlah mencoba berontak, hanya saja perlakuan untukku sungguh meninggalkan luka yang dalam dan bekas yang masih tersisa
Belum sirna
Dan mungkin tak kan pernah hilang bekasnya
Ingatkah kau saat aku mengutarakan hatiku yang sakit karena kau cabik-cabik sesuka hati?
Kau ingat?
Saat itu kembali kau cabik-cabik hatiku yang lembut dengan "kuku-kuku"mu yang tajam, kau berhasil mengoyak-ngoyak harapku
Berhasil mematikan rasaku, sementara
Tapi yang kuingat tiap kali kusadar bahwa aku sudah tak berani lagi mengharap padamu
Jangan kau fikir orang tak tahu mengapa aku begitu terbebani menjalani hidup
Di dalam harapan-harapan yang telah sirna
Sekejap terang sekejap redup
Rasa kasihan dan iba yang terus terpancar di mata mereka setiap menatap wajah tirusku
Aku tak ingin dikasihani orang
Biarkan aku mencari kebahagiaan dengan caraku sendiri
Biarkan aku mendapatkan kasih sayang, ketulusan, perhatian, keceriaan, canda tawa, suka cita, indahnya berbagi, oleh orang yang menghargai kehadiranku
Tapi tetap saja, hatiku masih terpaut padamu si "kulkas bejalan"
Aku benci atas diriku yang masih menatap ke belakang
Benci atas diriku yang tak mampu melaju ke depan dengan kencang
Argh
Bait-bait hati ini takkan berhenti kalau aku tak menghentikan jari-jariku dengan lembut menekan tuts keyboard netbookku ini
Februari, Maret, aku mulai mampu berjalan tanpamu
Mereka masih merongrongku mengenai kabarmu, dan aku tentunya
Aku hanya bisa tertawa (dengan hati menangis meraung-raung)
Ingin kuteriakkan bahwa aku lemah
Aku sudah menyerah
Aku sudah lelah
TAPI lidahku kelu
Aku masih merajut harapan-harapan indah untuk beberapa tahun ke depan, bersamamu
TAPI apa kau peduli?
Kau tak pernah peduli padaku
Toh kenyataannya begitu
Aku jatuh bangun dan menjadi seorang penyakitan karena memikirkan sesuatu yang tak pasti
Hari-hariku hanya bermuram durja
Padahal seharusnya aku bisa memilih jalanku sendiri untuk bahagia
Dan akhirnya memang benar-benar kupilih jalan yang salah
--kata hatiku--
DAN AKU MENYERAH
Aku benci melihat wajah tegasmu, benci melihat sikap dinginmu padaku, tapi cairmu pada selain aku
Kau anggap aku apa?
Kau tak tahu apa pura-pura tak tahu bahwa hatiku panas melihatnya?
Kau tak tahu?
Sepulang melihatmu aku harus terisak-isak tengah malam karena berang atas sikapmu
Kau tak sadar atau memang sengaja membuatku berang?
Ha?
TAPI aku juga benci melihat wajah sedihmu
Aku benci melihat matamu yang sendu
Aku benci karena aku yang menjadi sebab wajah sedih dengan mata sendumu.
Benci.
Kapan aku bisa menjadi sebab untuk kebahagiaanmu?
Saat aku di sisimu, kau buang aku
Saat aku pergi jauh, kau menatapku dengan pandangan putus asa
Kapan? Kapan punya kesempatan merasakan bahagia yang hakiki bersamamu?
Kapan?
Akupun menyayangkan sikapmu yang kekanak-kanakan, sikapmu yang TIDAK PENGALAH
Sikapmu yang, ah entahlah
Harusnya kau lebih dewasa dibandingkanku
Menghadapiku dengan sabar
Bukan dengan amarah dan emosi
Bukan dengan bersikap seperti anak-anak yang gampang merajuk
Kau laki-laki, aku yang perempuan
(Huaaaaaaaaaaaaaaa.... Dan air mataku tumpah, penyesalan memang selalu datang di akhir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Trims ya sudah berkenan ninggalin jejak di Memories of My Life .n_n.