بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Hmmm. Aya akan ceritakan dari pagi hingga pulang ke kosan setelah diumumkan Kelulusan sebagai seorang Sarjana Pendidikan..
Pagi ini Aya bangun cepat karena tidur pun lebih awal. Begitu banyak hal yang ingin Aya baca berulang-ulang. Draf Skripsi yang sudah Aya corat-coret kembali Aya baca. Nuansa merah di sana-sini. Setiap apa yang tidak Aya ketahui, sudah Aya cari di beberapa buku dan Aya sertakan dalam halaman kosong draf Skripsi ini. Catatan-catatan kecil di notebook setiap kali bimbingan Aya baca ulang, karena setiap kali bimbingan, kedua dosen PS Aya selalu menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang berpeluang muncul dilihat dari setiap UAP S1 hampir setiap bulannya. Ya, kedua dosen Aya sudah membimbing Aya dengan sebaik-baiknya.
Sehabis subuh Aya kembali memejamkan mata karena Senin lalu, saat Aya lihat SK Penguji yang keluar, Aya dapat jatah terakhir, jam 13.00-14.00 WIB. Berarti Aya akan menunggu sejak jam 09.00-waktu Aya tiba. Aya memejamkan mata sampai jam 07.30. Setelahnya Aya bergegas menyetrika perlengkapan yang akan Aya pakai. Rok hitam yang baru dibeli Dekki kemarin (karena rok hitam dasar Aya satu-satunya dipakai Dekki terus hingga Aya hanya bisa memakai rok berwarna biru, cokelat dan abu-abu), kemeja putih punya Dekki (karena dua kemeja Aya juga Dekki yang pakai hampir setiap hari saat dia PPL, padahal satunya masih baru, dan satu lagi jarang dipakai karena Aya sayang, kemeja itu kemeja yang dipakai waktu MTQ Mahasiswa Nasional di Aceh 2009 lalu), kaos Jilbab hitam milik Aya sendiri dengan dalaman putih milik dek Hesty, sepasang kaos kaki baru yang Dekki beli kemarin juga, serta sepasang sebaru pansus Donkey baru yang Aya beli bulan Maret tadi, serta belum pernah dipakai sekalipun.
Semua perlengkapan telah selesai disetrika, jadi Aya bisa langsung mandi dan bersiap-siap. Pukul 08.30 Aya berangkat setelah Shalat Dhuha dan baca Qur'an sejenak. Sepatu yang imut berukuran 36 itu ketika Aya pakai ternyata los. Sepertinya ukuran kaki Aya semakin mengecil. Namanya juga sepatu pantoefel, setiap melangkah dan menapakkan kaki di lantai, bunyinya "pletak pletok" berisik banget. Tapi mau gimana lagi, Aya tidak punya sepatu hitam yang lain. Yah, pasrah saja. Untuk menyiasati agar sepatu Aya tidak los ketika dipakai, Aya membeli sepasang kaos kaki tebal di Pak Nazor, lalu segera memakainya di minimarket itu juga. Padahal kaos kaki itu lumayan tebal, tetapi ternyata masih los. Duuuh padahal dulu waktu beli Aya merasa pas dan mantap pakai sepatu ini T.T Akhirnya Aya sumpel dengan beberapa lembar tisu wajah yang dilipat. Masih terasa los, tapi sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Aya mulai melanjutkan perjalanan. Ransel Dekki yang Aya pinjam sejak Polo Classic Aya putus terasa berat. Bagaimana tidak? Isinya netbook, casan, payung, alat-alat tulis yang selaaaalu Aya bawa lengkap bahkan superlengkap serta 1 map berisi draf skripsi Aya dan lembaran-lembaran yang lain, termasuk kartu pertanyaan siswa selama penelitian. Tangan Aya memeluk tas hijau bergambar Winnie the Pooh milik Dekki yang cukup berat karena isinya beberapa buku, yakni buku panduan FKIP 2012 (Aya sampai lupa buku ini milik siapa, ntah Egi, Deden atau siapa T.T), buku Penelitian Pendidikan, buku SPSS, buku Revisi Taksonomi Bloom, dan buku Silberman yang berisi ttg 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Berat bangeeet, kaki juga licin, Aya mesti berjalan pelan-pelan agar sepatu Aya engga terbang. *Ups.
Tidak jauh dari masjid Persada, Aya ketemu bentor, dan Aya langsung panggil. Selama di bentor, yang terfikir adalah Aya kepingin segera meloncat ke jam 5 sore. Ya, selalu. Saat seminar sejak proposal sampai hasil, ujian, Aya selalu membayangkan Aya sudah melewati ujian-ujian itu, TAPI kan ga ada sensasinya, wong belum tau apa hasilnya. Hmmmm. Berdoa sajalah, semoga tidak ada yang sia-sia. Aya tidak muluk-muluk, nilai B pun sudah membuat Aya sujud syukur, karena Aya pun sadar diri, Aya sidang sudah kloter ke berapa dari teman seangkatan, bakal wisuda di kloter ke-5 di antara teman-teman seangkatan (September, Desember, Februari, Mei dan Aya in Syaa Allah Agustus). Aya juga berharap, semoga terkabulkan keinginan terakhir Aya, wisuda dengan dua slempang bertuliskan "DENGAN PUJIAN" nantinya. Slempang itu, satu Aya persembahkan untuk Mamak, dan satu lagi untuk Bapak. Slempang itu adalah cita-cita menggebu Aya sejak berjalan beberapa bulan di semester 1. Slempang itu, Aya kejar karena awalnya bersaing sehat dengan seorang teman SMA, yang sempat dekat dengan Aya sekejap awal kuliah.
Setiap mengingatnya, semangat Aya selalu hadir. Mengapa? Aya pun tak tahu. Mungkin dikarenakan sejak kelas 1 SD kami selalu bersaing, hingga lulus SMA dan ternyata hingga kuliah. Aya akui Aya kalah telak saat kelulusan SMA, dia berhasil menggondol peringkat 1 NEM tertinggi di SMA IPA, sedangkan Aya harus cukup puas di bawahnya, 10 besar saja. Pertama kalinya Aya membuat kecewa Mamak, juga Bapak. Ya, karena selama ini Aya selalu bisa mempertahankan untuk berada di posisi 1. Paling buruk tiga besar lah. Setiap terkenang Mamak dan Bapak, Aya selalu semangat. Aya membayangkan andai Aya kuliah dekat Mamak dan Bapak, ntah jadi apa Aya sekarang. Aya baru sadar bahwa Aya sangat membutuhkan perhatian Mamak dan Bapak jarak dekat. Setiap Aya akan ulangan, Mamak dan Bapak akan menjadikan Aya seperti Putri Raja, membelikan semua camilan yang membantu Aya untuk tahan belajar lebih keras dari biasanya. Aya selalu dibuatkan susu hangat setiap pagi, dimasakin nasi dengan aneka ragam lauk-lauk enak setiap hari, stok biskuit untuk camilan yang selalu menggunung dari Mamak, Bapak bahkan Bu Cak Ayuk Mamak. Begitu carenya mereka dengan Aya.. Maasyaa Allah..
Tahukah bagaimana perhatian Bapak setiap dini hari? SSetiap pagi Aya selalu bangun jam 2, listrik yang hanya hidup mulai jam 4 tidak menyurutkan semangat Aya belajar. Bapak membelikan Aya lampu teplok besar dan bagus, yang pasti untuk membantu penerangan Aya agar Aya bisa membaca dan belajar. Setiap jam 01.30 pagi, Bapak akan mulai menghidupkan lampu teplok itu, dan akan membangunkan Aya. Aya yang tidur sendirian, tanpa Dekki karena Dekki sekolah di Islamic Center sejak SMP kelas 1. Setelah bangun, Aya langsung ke kamar mandi untuk berwudlu dan menunaikan sholat sunnah Tahajjud. Begitulah setiap malamnya. Aya bukan orang pintar yang notabene langsung pintar sejak lahir. Tidak. Aya pintar dan bisa, karena Bapak Mamak selalu melatih Aya, mengajar Aya di rumah, mendidik Aya agar Aya terbiasa tekun. Apa yang Aya mau, harus Aya usahakan. Mau nilai rapor bagus, maka usahanya adalah belajar dan rajin mengerjakan soal.
Dulu, saat SD, Mamak dan Bapak selalu rutin menanyakan kondisi belajar Aya setiap Aya menginjakkan kaki di rumah. Sungguh perhatian. Perhatian itu Aya rindukan karena saat Aya kuliah, ternyata Aya masih mengandai-andai, ada Bapak yang selalu membangunkan Aya, ada Mamak yang selalu care dan mempersiapkan hal-hal terbaik untuk Aya, ada Mamak dan Bapak yang selalu mendukung Aya, mendidik Aya, hingga Aya bisa ini dan itu, aktif ini dan itu, menjadi anak yang punya banyak kepandaian, bukan hanya akademik, tapi juga non akademik. Hanya 1 kurang Aya menurut Bapak dan Mamak, Aya yang pendiam. Pendiam sepertinya memang Aya dapatkan dari keduanya, karena Mamak dan Bapak adalah tipikal orang yang tak banyak omong. Darah seni dan kreatif mengalir dari keduanya. Bapak, seorang Qori', yang pandai di semua bidang. Bapak yang selalu juara mengaji terlebih saat kuliah di Unsri, Aya juga kalah dengan Bapak. Bapak aktif dan juara tingkat dewasa di sini, menjadi guru ngaji anak dosen-dosennya, sedangkan Aya, karena pendiamnya Aya, Aya hanya menunggu dan menunjukkan diri Aya saat lomba digelar. Bapak adalah laki-laki nomor 1 yang berpengaruh atas semua hal positif yang Aya terima hingga saat ini. Bapak juga sosok laki-laki perapi, Bapak memiliki tulisan yang saaaaaangat bagus. Setiap kelulusan, Bapak selalu kebagian jatah menulis ijazah. Begitu juga Mamak, tulisan keduanya begitu rapi, lentik dan cantik. Mamak dan Bapak menularkan pribadi yang kreatif ke diri Aya. Ayuk saaaayang Bapak
Mamak, dulunya seorang Ibu Rumah Tangga nomor satu di dunia, dan sekarang masih tetap nomor 1 di dunia, meski sekarang Mamak menjadi Guru Raudhatul Athfal Al Huda, sejak Aya duduk di kelas 1 SMA. Meskipun sibuk luar biasa, Mamak tidak pernah melalaikan kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Mamak yang pembersih, perapi super, dan sangat pandai menjaga penampilan adalah sosok yang WAH buat Aya.. Mamaklah mengajar Aya menata rumah, Mamaklah yang mengajarkan Aya menata meja tamu setiap lebaran yang sudah menjadi tanggungjawab Aya sejak awal kuliah, Mamaklah yang mengajarkan kerapian dan sikap rajin (meski tak jarang Aya malas-malasan), tapi semua Aya dapatkan dari Mamak. Bapak begitu beruntung punya pendamping hidup seperti Mamak, shalihah, dan istri idaman. Cantik seperti bidadari surga, dan Aya sangat mencintainya. Aya tidak bisa membayangkan jika Mamak seorang pemalas, maka tak akan ada Aya yang perfeksionis seperti kata teman-teman Aya termasuk Mas. Tak akan ada Aya yang senang kerapian. Saat Mamak sakit pun, dan terpaksa kami yang menggantikan semua tugas Mamak, Mamak tetap memberi komando yang mana saja yang harus diperhatikan dan apa saja yang harus dilakukan, padahal dalam hati kami anak-anaknya tau, tapi Mamak tidak pernah percaya atas kerja kami. Hee, ya kami maklum, saking perfeksionisnya Mamak dalam banyak hal... Luar biasa.. Ayuk saaaaayang Mamak.
Semua ingatan itu berputar layaknya putaran film di bioskop, sepanjang perjalanan kosan ke kampus Aya mengenang semuanya. Hingga Aya tersadar saat Kakak bentor itu ngebut dan menabrak polisi tidur tanpa sadar yang membuat Aya "terbang" dan kepala Aya terhempas ke besi atas bentor. Aya langsung manyun dan ngoceh "Kak, pelan-pelan dong, mau ujian ini!!". Dia minta maaf dengan nada tak enak karena merasa bersalah. Duuuh dalam hati Aya ngedumel, awas aja kalau apa-apa yang aku baca tadi lenyap gara-gara kebentur ini, huh.
Sampai di gedung baru FKIP, suasana sangat sepi dan mencekam. Kampus layaknya kuburan. SEPI. Tidak ada mahasiswa berseliweran, motor dan mobil terparkir ramai, hanya ada beberapa butir. Masuk ke gedung lalu naik ke lantai dua, sidang akan diadakan di ruang kuliah Biologi di lantai dua, ruangan paling ujuang. Ternyata di sana sudah hampir lengkap, tinggal Mba Ima yang belum. Aya langsung mencari temapt duduk dan sumringah melihat adk-adik 2009 yang rajin banget bantuin nyiapin semua makanan enak di meja. Maasyaa Allah. Aya mulai kembali membaca dan mengulang-ulang. Sepertinya yang lain sudah pakam, apalagi Januar, Adik tingkat Aya 09 yabg berhasil pecah telor. Januar sudah mengambil Seminar Usul sejak semester 6 dan dia berhasil maju seminar semester 6, Aya semester 8. Sedangkan Aya saja baru rejeki seminar di semester 9. Luar biasa Adek ini. Sepertinya kalau dia mau kloter Mei kemaren juga tercapai, hanya saja dia mengukur-ulur dan cukup santai kalau dilihat, serta masih bolak-balik tes TOEFL (yang untungnya kami TIDAK ADA, jatah anak 09 ke bawah).
Tidak lama, datang Mba Ima dengan suami dan anaknya, Oik. Pembimbing dan Penguji Pajar sudah datang. Jam sudah menunjukkan pukul 09.30. Pajar pun mulai masuk karena dosennya yang paling lengkap. Ibu PS2 Aya sms mengabarkan bahwa beliau kena macet, Aya jadi khawatir dan membalas, "Semoga Allah mudahkan ya Bu, Aamiin". Dan tahukah, tak lama Ibu sampai. Alhamdulillah. Wah sepertinya Aya giliran kedua, karena kami dengar satu Ibu penguji lagi berhalangan hadir karena melayat pagi tadi. Jadi Aya dan Mba Ima hanya akan menghadapi 3 Dosen, 2 Penguji dan 1 PS. Melihat Pajar yang raut wajahnya sedikit sedih, Aya hanya bisa berdoa dikuatkan, karena dua dosen di hadapan Pajar akan berada di hadapan Aya setelahnya. Ibu PS2 Aya mengintip dari kaca dan meminta Aya bersiap-siap. Sudah jam 10.15. 15 menit kemudian, Aya disuruh masuk. Huwaaaa, Aya giliran kedua.
Pajar belum selesai, tapi Aya sudah masuk. Tak lama Pajar selesai, dan saat Pajar berberes-beres perlengkapannya, dosen-dosen terhormat pindah ke tempat Aya. Berarti jadwal ini kembali ke jadwal pertama yang keluar. Jadwal pertama yang keluar saat Aya tau nama penguji adalah Aya mau urutan kedua, jam 10.00 hingga jam 11.00. Aya mulai presentasi dan alhamdulillah tidak ada rasa gugup sama sekali. Setakh presentasi, pertanyaan dimulai dari Ibu Lucy. Pertanyaan yang sangat tak disangka, dan jawaban yang diminta Ibu tak berhasil Aya dapatkan kebenaran 100 %. Aya tidak gugup, tapi melihat respon Ibu atas skripsi Aya, Aya takut tidak lulus. Skripsi Aya yang tebal 185 halaman itu dianggap TAK BERMAKNA karena banyak hal yang Aya tidak tau itu penting untuk dilakukan. Untung kartu pertanyaan yang buanyak itu Aya bawa, dan Aya katakan sejujurnya kalau pertanyaan-pertanyaan itu tidak Aya rekap, tidak Aya analisis, tidak Aya hitung dan tidak Aya catat yang mana yang Aya jawab, yang mana yang mendapat centang terbanyak dan sebagainya. Apapun resikonya yang penting Aya jujur mengatakan apa yang memang terjadi. Ibu meminta semua hal bermakna yang Aya lewatkan itu dituliskan semuanya di saran, Bab V. Aya hanya mengangguk dan terdiam. Menarik nafas panjang dan tak merasakan lagi bahwa Aya sudah lama di dalam ruangan eksekusi itu. Pembimbing tak berkesempatan untuk membantu meluruskan karena ditahan Ibu Penguji. Ya, Aya mengerti karena memang ini ujian Aya, bukan ujian pembimbing. Doa dan sholawat tak henti-henti Aya lantunkan dalam hati.
Hampir sejam bersama pertanyaan demi pertanyaan Ibu Penguji, lanjut ke Pak Aan, Bapak Penguji. Bapak yang melihat Aya ngos-ngosan langsung menyuruh Aya mengambil nafas panjang. Sampai Aya mengatakan sudah siap, baru Bapak Penguji menanyakan satu demi satu. Sungguh pertanyaan-pertanyaan hari ini adalah hal-hal yang tidak disangka-sangka. Sungguh Aya tak pernah membayangkan pertanyaan-pertanyaan itu hadir. Selama hampir 2 jam, Aya tidak menoleh ke kaca dimana teman-teman Aya yang lain berdiri dan mungkin melihat wajah pucat Aya, rasanya. Bahkan Aya pun tak sadar Bapak Ibu dosen yang lain turut melihat Aya yang sedang dieksekusi. Huaaa... Aya menjawab hampir semua pertanyaan Bapak dan Ibu, tapi respon yang diberikan seperti Aya tak benar 100 % menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. T.T
Jam setengah 1, akhirnya Aya keluar. Aya di dalam sana sendiri, sementara meja seberang sudah berganti tiga orang peserta ujian T.T Bismillah sajalah, yang pasti Aya sesak dan ingin segera meledak. Keluar dari ruang ujian Aya ga bisa lagi menahan tangis, Aya menaaaaangis, ga bisa berhenti, teman-teman dan adik-adik tingkat Aya menemui Aya dan menepuk-nepuk bahu Aya.
"Sabar ya Mba. Sudah-sudah jangan nangis, in Syaa Allah pulang ini bawa sepeda (S.Pd.)"
Setelah Aya kisahkan respon dosen-dosen di dalam, mereka tak pelak ikut meneteskan air mata. Bahkan Ibu PS2 pun melihat Aya menangis dan mendatangi Aya. "Sudah, sudah. Jangan nangis, sekarang tugasnya hanya berdoa yaa, semoga lulus, in Syaa Allah dikabulkan, seperti tadi Ria mendoakan Ibu agar Allah beri kemudahan menghadapi macet. Alhamdulillah buktinya Allah kabulkan dan beberapa menit kemudian Ibu sampai di sini, oke". Ibu PS2 menenangkan Aya. Selepas Ibu pergi untuk makan, Aya kembali menangis, terharu karena baiknya Ibu sampai berbicara seperti itu saat melihat Aya menangis.
Setelah kenyang menangis, Aya mengajak Pajar untuk menunaikan shalat dzuhur di mushala lantai 1. Kami sholat lumayan lama lalu berdoa dengan khusyuk. Bertukar cerita sebentar lalu kemudian menangis lagi, kami berdua yang mendapatkan dosen yang hampir sama, hanya bisa pasrah dan tak mau mengharap lebih, hanya minta diberikan yang terbaik oleh Allah dan kami yakin Allah ga akan menjadikan semua usaha kami sia-sia, in Syaa Allah....
Tak lama, sidang pun usai. Melihat respon Mba Ima yang sumringah (dengan dua dosen yang sama), Aya dan Pajar hanya bisa diam sambil turut suka. Aya dan Pajar hanya ga bisa mengandaikan nasib kami. Tapi ternyata, Ayuk Tiwi juga sudah kenyang menangis. Beruntung sekali dia didatangi 5 sahabatnya. Aya dan Pajar hanya sendiri. Dulu, saat Mak dan Mbak Yen sidang, Aya datang sampe sore, tapi sebelum yudisium Aya pulang karena badan Aya sakit semua. Sidang Adik Amel dan Tante, Aya perjalanan pulang ke Bangka dua hari sebelum idul Adha, lalu sidang Mba Mer, Aya sedang sibuk-sibuknya revisi draf skripsi Aya.. Jadi wajar sajalah Aya sendiri.. Tapi In Syaa Allah doa-doa mereka senantiasa hadir untuk Aya.
Aya sama sekali tak terfikirkan untuk makan. Sama sekali tak terfikirkan untuk melihat handphone dua-duanya barang sedetik. Nantilah, sore saja, kalau sudah LULUS, baru Aya kabarkan semuanya.
Menunggu hingga jam 13.30, akhirnya dosen-dosen sudah selesai makan dan sholat, sehingga sudah berkumpul lagi di dalam ruang Ujian. Kami semua disuruh masuk karena akan dilaksanakan Yudisium alias Pengumuman Kelulusan. Tak biasanya semua tanpa terkecuali diperbolehkan untuk masuk dan menyaksikan. Biasanya hanya si peserta ujian yang boleh masuk, tapi kali ini seeeeemuanya boleh masuk.
Yudisium dibuka oleh Pak Kodri selaku Kaprodi, lalu disusul sambutan oleh Ibu Huzaifah. Dosen satu ini, adalah salah satu dosen yang paling Aya senangi, karena sikapnya yang ramah, dan baik banget sama Aya. Dulu saat Aya pingsan, Bu Lucy dan Bu Huzaifah yang mengantar Aya ke kosan, dengan Mak Juz. naik mobil Pak Dekan setelah Aya dibawa berobat ke Puskesmas Timbangan.
Aya dan Pajar adalah peserta ujian dengan wajah termurung. Ibu Huzaifah berulang-ulang kali menyebut nama Aya, mengandaikan Aya yang akan segera menelpon Mamak Bapak mengabarkan kelulusan Aya, mengandaikan Aya yang nantinya akan pulang ke Belinyu dan mengabdi di sana, dan masih banyak lagi, hingga akhirnya Bu Huzaifah meminta Aya dan Pajar untuk tersenyum karena terlihat kami berdua yang paling murung dan tegang. Aya menatap mata Ibu selama Ibu berbicara, tanpa meleng. Aya tidak menunduk. Setiap dosen yang berbicara Aya tatap matanya.
Sampai akhirnya pengumuman kelulusan tiba. Karena kami sudah bersusun rapi dengan paling kanan Janu, Mba Ima, Aya, Pajar lalu Ayuk Tiwi maka Pak Kodri mulai mengumumkan dari Janu 09, dimulai pukul 13.51. Janu ditanya pertanyaan mana yang yakin 100 % benar dijawab dan pertanyaan mana yang 100 % ga bisa jawab. Janu menjawab sekenanya dan ekspresinya difoto sebelum diumumkan nilai. Ternyata Janu LULUS dan mendapat nilai A. Semua teman-temannya adik-adik 09 bertepuk tangan dan berteriak Cum laude, Cum Laude.
Kemudian urutan kedua, Mba Ima, angkatan 06. Aya dan Pajar menyangka Mba Ima akan mendapat nilai A, karena sidangnya yang berjalan hanya 45 menit dan Mbak keluar dengan wajah sumringah. Tapi ternyata Mba Ima harus puas dengan nilai C. Tapi Alhamdulillah, masih lulus dan tidak harus ujian ulang bulan depan.
Urutan ketiga, Aya. Aya maju selangkah saja, tidak seperti Mba Ima dan Janu yang maju dua langkah. Aya langsung melihat mata Pak Kodri yang menanyakan kira-kira apa yang akan Aya katakan lewat telepon kalau Aya lulus, begitu juga kalau Aya ga lulus. Sebelumnya Aya menjawab TIDAK TAHU, karena belum diumumkan, tapi Ibu Huzaifah dan Pak Aan mengulang permintaan Pak Kodri tentang apa yang Aya katakan jika Aya lulus, dan apa yang akan Aya katakan jika Aya tidak lulus.
Aya terdiam lama, berusaha mengontrol sesak di dada, yang jika dibawa ngomong akan tumpah ruah air matanya. Ay kemudian menjawab, Andai lulus Aya akan bilang "Mamak, Bapak, Alhamdulillah Ayuk lulus". Langsung disahut Ibu Huzaifah, "lalu andai tidak lulus?" Aya menjawab "Mamak, Bapak, MAAF, .." belum selesai bicara sudah dipotong, "Lha kenapa minta maaf? Berarti Ria ga yakin lulus ya?" Aya mulai sesak dan mata Aya memerah. Aya terdiam, hanya bisa meremas-remas tangan Aya sendiri.
"Baik akan kuumumkan. Ria Hidayah, dengan NIM 06081009023, LULUS, dengan nilai B". ALHAMDULILLAAAAAAAAAH. Aya langsung jatuh ke lantai, sujud syukur cukup lama. Air mata Aya benar-benar tumpah ruah dan adik-adik 09 riuh rendah berteriak. Aya dapat B gendut... Alhamdulillah.. Aya bisa bawa slempang untuk Mamak Bapak In Syaa Allah, aamiin,.. Ibu Huzaifah nyeletuk "Nah telponlah Mamak Bapak habis ini ya". Dan saat itu Aya tidak berani lagi menatap mata dosen-dosen yang berbicara, hanya bisa menunduk untuk menahan agar air mata Aya yang mengalir deras tak terlihat.
Selanjutnya untuk Pajar dan Ayuk Tiwi. Keduanya dikatakan HARUS UJIAN ULANG bulan depan. Dosen-dosen yang terlihat serius sudah bersahut-sahutan menentukan kapan mereka sidang ulang.Pajar sudah pasrah dan mengatakan SIAP ujian ulang, tapi tidak dengan Ayuk Tiwi. Ayuk Tiwi hanya bisa menangis tanpa bicara, sampai akhirnya Pak Kodri selaku Kaprodi mengatakan bahwa beliau belum mengumumkan nilainya. Haaaaaaaaaaaaaaaa, dan ALHAMDULILLAH mereka berdua lulus dengan nilai B. ALHAMDULILLAH. Pajar langsung sujud syukur dan menangis sesenggukan. Kami disalami oleh Bapak Ibu Dosen dan Aya mengucapkan terimakasih kepada semuaaa dosen, Alhamdulillah, nikmat-Mu sungguh besar ya Allah, terimakasih.
Setelah bersalaman dengan Bapak Ibu dosen, gantian dengan adik-adik 09 dan teman-teman 08 yang datang. Aya kembali menangis haru, berpelukan lama dengan Pajar, Lisma, dan Deika 09 yang saat Aya menangis dia menenangkan Aya akan dapat S.Pd pulang nanti sambil menitikkan air mata.
Hmmm. Aya belum juga memegang HP karena tas Aya di luar ruangan. Sampai akhirnya semua urusan dalam ruangan sudah beres, Aya langsung mencari-cari HP dan melihat begitu banyak panggilan tak terjawab serta puluhan sms masuk. Semua menanyakan hasil sidang skripsi Aya dan terimakasih Allah karena Aya bisa membalas sms-sms itu membawa kabar bahagia.
Setelah turun ke bawah dan keluar gedung, baru Aya menelpon Bapak mengabarkan lulus dengan suara tertahan ingin menangis.Alhamdulillah. Uang yang tinggal selembar biru tak mengapa. Sepanjang perjalanan di angkot Aya tak henti-henti mengucap syukur. Sampei turun di komplek dan tak ada bentor yang lewat, hingga Aya harus berjalan kaki dengan punggung berat dan tangan kiri kana penuh dan berat. Sepatu berat, membuat Aya hampir beberapa kali merebahkan badan di jalan, ingin pingsan. Sampai akhirnya Aya tiba di kosan dengan selamat dan kepala sakit karena sudah jam 3 sore dan belum makan sejak pagi.
Ohya, Aya juga sepanjang jalan langsung sms ke Kedua Dosen PS Aya untuk mengabarkan bahwa Aya lulus, Alhamdulillah, langsung dibalas kedua Ibunya, senengggg banget Ayaaaa..
Di kosan ada Om Elo dan Bundadari dan Aya bertukar cerita sidang dengan Om Elo sampai jam 4. Baru Aya membereskan kamar dan melakukan rutinitas lainnya. Beberapa hari ke depan Aya pasti akan capek berat. Capek dari hari ini yang efeknya pasti mulai terasa besok..
Oh, Allah, malam ini Aya bisa membawa kabar bahagia untuk teman-teman Aya baik di dunia nyata maupun maya.. Makasiih Ya Allah..
Finally, Ria Hidayah, S.Pd.
Allaahu akbar.. Semoga ilmu dan gelar ini berkah serta dapat segera mengaplikasikan ilmu yang didapat selama 4thn 8 bulan pendidikan S1. Aamiin Aamiin Aamiin..
|
Foto yang dibikin Dedek Pooh ^^, Makasiih Dedek |