Aya mampir ke beberapa blog teman, ketemu banyak bacaan menarik, lalu kembali lagi ke blog Aya, mereview tulisan-tulisan Aya.. Apakah terkesan merendahkan diri, meninggikan diri, ketus, emosi, menyakiti dan sebagainya.. Andai ada nilai-nilai negatif dari tulisan Aya, ambillah dari sisi positifnya ya.. Aya berbagi kisah dengan maksud menjadikannya pelajaran agar tak terulang, LAGI dan LAGI.. Tak ada maksud membagi keluh kesah, tak ada maksud mengadu kesusahan, tak ada maksud meninggikan diri dan menganggap diri Aya lebih tinggi, lebih hebat dan sebagainya, jadikan ia semua pembelajaran ya... Semoga dapat manfaat dari isi blog Aya ini. Itu harapan terbesar Aya.. aamiin
Oh ya, karena kekhawatiran Aya akan hal di atas, Aya mencoba searching tulisan yang mengambil poin penting dari hal yang Aya khawatirkan.. Semoga bermanfaat..
Anda aliran pecinta
hati? Aliran yang melakukan segalanya dengan hati: menulis dengan hati,
bernyanyi dengan hati atau bekerja dengan hati. Berhati-hatilah karena tidak
sepenuhnya kegiatan yang dilakukan dengan hati itu baik namun bisa menimbulkan
bahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Hati menurut ilmu
kedokteran hanyalah segumpal darah beku berwarna hitam yang berfungsi sebagai
penetral darah. Sedangkan menurut pandangan seorang ahli Tasawuf (kebatinan),
Imam Al Ghazali , hati adalah unsur halus yang bersifat ke-Tuhanan dan
metafisik yang berada pada bentuk hati yang bersifat jasmani. Tidak lengkap
rasanya jika tidak mengutip sabda Rasululullah SAW dalam hadis sahih yang
diriwayatkan Bukhori Muslim : ” Sesungguhnya di dalam jasad manusia ada
segumpal darah apabila segumpal darah itu baik maka baik pula sekalian anggota
tubuh sebaliknya, apabila buruk maka buruk pula anggotanya, ketahuilah dialah
hati.” Bisa kita cerna secara sederhana dari uraian tersebut, hati adalah
segumpal darah yang apabila dia baik maka baiklah seluruh amal perbuatannya dan
apabila jelek maka jeleklah seluruh perbuatannya.
Hati yang baik menimbulkan
perbuatan yang membawa manfaat bagi sekitar, menimbulkan ketentraman dan rahmat
bagi manusia di sekitarnya. Sedangkan hati yang jelek yaitu hati yang
terjangkiti dan digerogoti oleh penyakit hati akan menimbulkan kemudlaratan dan
keresahan.
Apakah anda sudah
merasakan kalau hati anda adalah hati yang baik? Atau anda saat ini sedang
terjangkiti penyakit hati? Artikel yang sederhana dan singkat ini hanya ingin
mengingatkan dan menyegarkan anda tentang betapa nistanya berhati jelek dan
nikmatnya berhati baik dalam konteks menulis.
Berikut ini adalah
keadaan hati yang dijangkiti oleh penyakit dan sebaiknya anda menghindari
menulis ketika penyakit-penyakit ini sedang berinkubasi di hati anda.
Hati yang sombong. Ketika ada
gejala-gejala meremehkan , memandang rendah, dan menganggap orang lain
tidak ada apa-apanya maka penyakit itu telah masuk ke dalam hati. Penyakit itu
kemudian terdeteksi sebagai sombong, angkuh dan takabur. Tulisan penuh
kesombongan biasanya terlihat dari goresan-goresan yang dengan jelas
menyiratkan memandang rendah, cenderung mencari-cari kesalahan bahkan sering
menyakiti hati orang lain. Tidak ada yang salah dengan mengkritik kesalahan
namun jika tidak disertai dengan solusi justru menimbulkan silang sengketa yang
meresahkan.
Hati yang riya’. Hati riya’ terdeteksi
dengan kumpulan komponen ingin dipuji, ingin populer, ingin disanjung dan jauh
dari apa adanya. Menulis dengan keadaan hati yang riya’ membuat tulisan tidak
bisa mengalir dengan lancar, karena takut tulisan tidak populer atau tidak
tinggi nilainya. Akhirnya yang muncul kesan mengada-ada dan tidak alami.
Hati yang sempit. Tidak ada orang yang
suka dengan tempat yang sempit karena membuat dada sesak dan susah bernafas.
Tulisan yang keluar dari hati yang sempit akan terasa menyesakkan dada. Tulisan
yang mengalir dari hati yang sempit cenderung tidak mau memandang masalah dari
berbagai segi namun hanya melihat dari satu sisi. Kesan yang muncul adalah si
penulis hanya menulis seenak perutnya saja.
Hati penuh amarah. Dari sekian penyakit
di atas, mungkin inilah penyakit yang paling akut. Ketika hati panas terbakar
emosi, amarah meledak-ledak entah karena kekecewaan yang mendalam atau menjadi
korban yang teraniaya, maka kontrol emosi cenderung labil. Saat menuangkan ide
dengan hati dibakar emosi akan terlihat tulisan yang pedas dan tidak enak
dibaca bahkan membuat pihak-pihak tertentu menjadi tersinggung. Tulisan ini
bisa jadi bumerang karena ini sebuah karya otentik dari amarah yang memancar.
Seorang artis yang kelepasan menulis ketika emosi akhirnya menjadi buah bibir
dan membuat jelek citranya. Seorang siswa yang menulis di akun pribadinya
dengan kata-kata emosional akhirnya menjadi sasaran hujatan. Seorang pasien
rumah sakit karena kekecewaan yang mendalam akhirnya harus bertarung dengan
payung hukum karena tulisan emosionalnya. Bahkan seorang penulis muda harus
diusir keluar dari suatu komunitas karena kepedasan kata-katanya yang kritis
namun terlihat penuh emosi.
Manakala
penyakit-penyakit hati tersebut muncul ada baiknya kita stop dulu
menulis karena mudlaratnya jauh lebih besar daripada manfaatnya.
Supaya seimbang
antara penyakit hati yang merusak tulisan, ada baiknya kita juga memandang
tulisan-tulisan yang muncul dari hati yang bersih bersinar.
Hati yang sabar. Hati yang sabar akan
membuat segalanya terasa nyaman. Menulis menjadi tidak terburu-buru, meneliti
atau mengedit kata demi kata tanpa rasa lelah supaya enak dibaca dan tidak
menyinggung atau membuat orang lain menjadi hilang kesabaran. Hati yang sabar
membuat tulisan tidak seperti kapal pecah atau kamar berantakan seperti habis
bangun tidur, namun terasa sedap dibaca karena titik koma yang jelas, karena
diperiksa dengan sabar sebelum disajikan ke khalayak umum.
Hati yang ikhlas. Hati yang ikhlas
lahir dari sikap tanpa pamrih yang berangkat dari kesadaran bahwa segala
sesuatu itu datangnya dari Yang Maha Kuasa. Menulis dengan hati yang ikhlas
akan menciptakan tulisan-tulisan yang menyenangkan. Tulisan yang lahir dari
hati yang ikhlas bisa terlihat dari segi manfaat tulisan tersebut bagi
pembacanya, baik hanya untuk menghibur atau memberi masukan-masukan bahkan ilmu
dan pengalaman baru
Hati yang lapang. Lapang hati bermakna
keluasan hati dalam menerima sesuatu apa adanya. Hati yang luas manakala
melihat ketidak jujuran, kemunafikan, ketidak adilan tidak serta merta menjadi
emosi tak terkendali, namun menjadikannya suatu hikmah untuk mencari solusi
positif bukan penghancuran atau melukai hati orang. Tulisan yang didasari
dengan kelapangan hati biasanya lebih bersifat mencari kebenaran dengan tidak
menyerang penganiaya namun terasa halus bahkan mampu membuka hati orang
yang dituju. Hati yang lapang juga menimbulkan sifat yang terbuka terhadap
kritikan dan masukan, tidak bebal terhadap kebenaran.
Hati yang rendah. Kerendahan hati
merupakan modal berharga tidak dirasuki penyakit hati sombong, takabur, tinggi
hati dan meremehkan orang lain. Kerendahan hati dalam menulis terletak dari
kata-kata yang terkesan jauh dari kesombongan dan menghormati orang lain.
Tulisan dengan landasan kerendahan hati tertuang dengan menganggap orang lain
adalah makhluk yang derajatnya sama, tidak nampak menggurui walau si penulis
mempunyai titel berenteng.
Tak ada gading yang
tak retak, namun bila retak kita pun masih bisa menempel hiasan supaya tak kelihatan
jeleknya. Semoga bermanfaat.
Maaf OOT
BalasHapusaya kan punya link blog sahabat crafter atau fave :) itu kan yang list link. Kalau yang pake kode html, aya harus taruh di javascript :)
iyaa kakaaaak. ^_^ hiihhihi.. Aya engga ngerti. berarti yang dari kakak kemaren Aya harus taruh di javascript gitu ya kak???
BalasHapus