SALAM MESSAGE .n_n.

Kamis, 03 Januari 2013

MUHASABAH : JANGAN MENULIS DENGAN HATI

Aya mampir ke beberapa blog teman, ketemu banyak bacaan menarik, lalu kembali lagi ke blog Aya, mereview tulisan-tulisan Aya.. Apakah terkesan merendahkan diri, meninggikan diri, ketus, emosi, menyakiti dan sebagainya.. Andai ada nilai-nilai negatif dari tulisan Aya, ambillah dari sisi positifnya ya.. Aya berbagi kisah dengan maksud menjadikannya pelajaran agar tak terulang, LAGI dan LAGI.. Tak ada maksud membagi keluh kesah, tak ada maksud mengadu kesusahan, tak ada maksud meninggikan diri dan menganggap diri Aya lebih tinggi, lebih hebat dan sebagainya, jadikan ia semua pembelajaran ya... Semoga dapat manfaat dari isi blog Aya ini. Itu harapan terbesar Aya.. aamiin

Oh ya, karena kekhawatiran Aya akan hal di atas, Aya mencoba searching  tulisan yang mengambil poin penting dari hal yang Aya khawatirkan.. Semoga bermanfaat..


Anda aliran pecinta hati? Aliran yang melakukan segalanya dengan hati: menulis dengan hati, bernyanyi dengan hati atau bekerja dengan hati. Berhati-hatilah karena tidak sepenuhnya kegiatan yang dilakukan dengan hati itu baik namun bisa menimbulkan bahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Hati menurut ilmu kedokteran hanyalah segumpal darah beku berwarna hitam yang berfungsi sebagai penetral darah. Sedangkan menurut pandangan seorang ahli Tasawuf (kebatinan), Imam Al Ghazali , hati adalah unsur halus yang bersifat ke-Tuhanan dan metafisik yang berada pada bentuk hati yang bersifat jasmani. Tidak lengkap rasanya jika tidak mengutip sabda Rasululullah SAW dalam hadis sahih yang diriwayatkan Bukhori Muslim : ” Sesungguhnya di dalam jasad manusia ada segumpal darah apabila segumpal darah itu baik maka baik pula sekalian anggota tubuh sebaliknya, apabila buruk maka buruk pula anggotanya, ketahuilah dialah hati.” Bisa kita cerna secara sederhana dari uraian tersebut, hati adalah segumpal darah yang apabila dia baik maka baiklah seluruh amal perbuatannya dan apabila jelek maka jeleklah seluruh perbuatannya.

Hati yang baik menimbulkan perbuatan yang membawa manfaat bagi sekitar, menimbulkan ketentraman dan rahmat bagi manusia di sekitarnya. Sedangkan hati yang jelek yaitu hati yang terjangkiti dan digerogoti oleh penyakit hati akan menimbulkan kemudlaratan dan keresahan.

Apakah anda sudah merasakan kalau hati anda adalah hati yang baik? Atau anda saat ini sedang terjangkiti penyakit hati? Artikel yang sederhana dan singkat ini hanya ingin mengingatkan dan menyegarkan anda tentang betapa nistanya berhati jelek dan nikmatnya berhati baik dalam konteks menulis.

Berikut ini adalah keadaan hati yang dijangkiti oleh penyakit dan sebaiknya anda menghindari menulis ketika penyakit-penyakit ini sedang berinkubasi di hati anda.

Hati yang sombong. Ketika ada gejala-gejala meremehkan , memandang rendah,  dan menganggap orang lain tidak ada apa-apanya maka penyakit itu telah masuk ke dalam hati. Penyakit itu kemudian terdeteksi sebagai sombong, angkuh dan takabur. Tulisan penuh kesombongan biasanya terlihat dari goresan-goresan yang dengan jelas menyiratkan memandang rendah, cenderung mencari-cari kesalahan bahkan sering menyakiti hati orang lain. Tidak ada yang salah dengan mengkritik kesalahan namun jika tidak disertai dengan solusi justru menimbulkan silang sengketa yang meresahkan.

Hati yang riya’. Hati riya’ terdeteksi dengan kumpulan komponen ingin dipuji, ingin populer, ingin disanjung dan jauh dari apa adanya. Menulis dengan keadaan hati yang riya’ membuat tulisan tidak bisa mengalir dengan lancar, karena takut tulisan tidak populer atau tidak tinggi nilainya. Akhirnya yang muncul kesan mengada-ada dan tidak alami.

Hati yang sempit. Tidak ada orang yang suka dengan tempat yang sempit karena membuat dada sesak dan susah bernafas. Tulisan yang keluar dari hati yang sempit akan terasa menyesakkan dada. Tulisan yang mengalir dari hati yang sempit cenderung tidak mau memandang masalah dari berbagai segi namun hanya melihat dari satu sisi. Kesan yang muncul adalah si penulis hanya menulis seenak perutnya saja.

Hati penuh amarah. Dari sekian penyakit di atas, mungkin inilah penyakit yang paling akut. Ketika hati panas terbakar emosi, amarah meledak-ledak entah karena kekecewaan yang mendalam atau menjadi korban yang teraniaya, maka kontrol emosi cenderung labil. Saat menuangkan ide dengan hati dibakar emosi akan terlihat tulisan yang pedas dan tidak enak dibaca bahkan membuat pihak-pihak tertentu menjadi tersinggung. Tulisan ini bisa jadi bumerang karena ini sebuah karya otentik dari amarah yang memancar. Seorang artis yang kelepasan menulis ketika emosi akhirnya menjadi buah bibir dan membuat jelek citranya. Seorang siswa yang menulis di akun pribadinya dengan kata-kata emosional akhirnya menjadi sasaran hujatan. Seorang pasien rumah sakit karena kekecewaan yang mendalam akhirnya harus bertarung dengan payung hukum karena tulisan emosionalnya. Bahkan seorang penulis muda harus diusir keluar dari suatu komunitas karena kepedasan kata-katanya yang kritis namun terlihat penuh emosi.

Manakala penyakit-penyakit hati tersebut muncul ada baiknya kita stop dulu menulis karena mudlaratnya jauh lebih besar daripada manfaatnya.

Supaya seimbang antara penyakit hati yang merusak tulisan, ada baiknya kita juga memandang tulisan-tulisan yang muncul dari hati yang bersih bersinar.

Hati yang sabar. Hati yang sabar akan membuat segalanya terasa nyaman. Menulis menjadi tidak terburu-buru, meneliti atau mengedit kata demi kata tanpa rasa lelah supaya enak dibaca dan tidak menyinggung atau membuat orang lain menjadi hilang kesabaran. Hati yang sabar membuat tulisan tidak seperti kapal pecah atau kamar berantakan seperti habis bangun tidur, namun terasa sedap dibaca karena titik koma yang jelas, karena diperiksa dengan sabar sebelum disajikan ke khalayak umum.

Hati yang ikhlas. Hati yang ikhlas lahir dari sikap tanpa pamrih yang berangkat dari kesadaran bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Yang Maha Kuasa. Menulis dengan hati yang ikhlas akan menciptakan tulisan-tulisan yang menyenangkan. Tulisan yang lahir dari hati yang ikhlas bisa terlihat dari segi manfaat  tulisan tersebut bagi pembacanya, baik hanya untuk menghibur atau memberi masukan-masukan bahkan ilmu dan pengalaman baru

Hati yang lapang. Lapang hati bermakna keluasan hati dalam menerima sesuatu apa adanya. Hati yang luas manakala melihat ketidak jujuran, kemunafikan, ketidak adilan tidak serta merta menjadi emosi tak terkendali, namun menjadikannya suatu hikmah untuk mencari solusi positif bukan penghancuran atau melukai hati orang. Tulisan yang didasari dengan kelapangan hati biasanya lebih bersifat mencari kebenaran dengan tidak menyerang penganiaya namun terasa halus bahkan  mampu membuka hati orang yang dituju. Hati yang lapang juga menimbulkan sifat yang terbuka terhadap kritikan dan masukan, tidak bebal terhadap kebenaran.

Hati yang rendah. Kerendahan hati merupakan modal berharga tidak dirasuki penyakit hati sombong, takabur, tinggi hati dan meremehkan orang lain. Kerendahan hati dalam menulis terletak dari kata-kata yang terkesan jauh dari kesombongan dan menghormati orang lain. Tulisan dengan landasan kerendahan hati tertuang dengan menganggap orang lain adalah makhluk yang derajatnya sama, tidak nampak menggurui walau si penulis mempunyai titel berenteng.

Tak ada gading yang tak retak, namun bila retak kita pun masih bisa menempel hiasan supaya tak kelihatan jeleknya. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://new-media.kompasiana.com/2010/04/08/jangan-menulis-dengan-hati-bahaya/ Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

2 komentar:

  1. Maaf OOT
    aya kan punya link blog sahabat crafter atau fave :) itu kan yang list link. Kalau yang pake kode html, aya harus taruh di javascript :)

    BalasHapus
  2. iyaa kakaaaak. ^_^ hiihhihi.. Aya engga ngerti. berarti yang dari kakak kemaren Aya harus taruh di javascript gitu ya kak???

    BalasHapus

Trims ya sudah berkenan ninggalin jejak di Memories of My Life .n_n.