SALAM MESSAGE .n_n.

Senin, 11 Maret 2013

BACKSTREET ALA JELITA


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ



            Mas Pram. Sosok yang tak pernah kubayangkan kalau dia akan menyimpan rasa khusus padaku. Aku hanya bisa diam-diam suka padanya. Rasa suka yang kutitipkan pada-Nya sejak lama, bahkan saat kami masih kecil. Aku dan Mas Pram adalah sahabat dan selalu bersaing secara sehat di sekolah, dan aku selalu menjadi pemenangnya karena dia tak pernah berhasil mencuri posisiku di kelas maupun di sekolah. Yey, aku bangga dan bahagia dalam hati, ayo kalahkan Jelita, Mas Pram.
***
            Saat itu pertama kalinya Mas Pram bertingkah aneh padaku. Sosoknya yang pendiam dan terkesan dingin, menjadi semakin dingin tapi suka salah tingkah. Dia jadi berubah sejak ada teman sekelas kami di SMP yang secara terang-terangan mendekatiku. Dia seperti tak rela aku didekati oleh teman laki-laki. Padahal kan semua hanya teman dan aku tak pernah terfikirkan untuk hal-hal yang belum saatnya.

+6285616930…
Jelita, Mas ga suka melihat Jelita bergaul dengan laki-laki. Ingat ya.. Jaga diri ya Jelita.

            Aku hanya bisa terdiam. Aku setuju atas apa yang Mas Pram inginkan terhadap diriku, karena Ayahku pun melarangku berteman dengan laki-laki. Takut terjerumus ke hal yang kurang baik. Begitu katanya. Bagiku itu bukanlah pemikiran kolot seperti yang teman-temanku bilang. Aku tak merasa salah dengan keinginan Ayah, selama itu untuk kebaikan diriku, mengapa tidak. Hingga akhirnya SMA aku disekolahkan ke sekolah islam berasrama, sebuah Madrasah Aliyah dimana teman sekelasku semuanya perempuan.
***
Pernah aku bertanya secara blak-blakan mengapa Ayah begitu melarangku bergaul dengan laki-laki, tapi mengijinkanku berteman baik dengan Mas Pram.
            “Jelita, Ayah sudah kenal Pram sejak kalian SD. Jelita ingatkan kalian sudah sekelas sejak kelas 1 SD hingga kelas 3 SMP? Dan di SMP, Ayah sebagai guru dapat melihat dia sosok anak laki-laki yang baik. Ayah sudah kenal bibit bebet dan bobot anak itu. Itulah mengapa sikap Ayah berbeda saat menghadapi Pram dan teman laki-lakimu yang lainnya. Jelita paham maksud Ayah?” Aku hanya menganggut-anggut pura-pura mengerti.
***
            Aku tumbuh menjadi seorang remaja yang terjaga pergaulannya. Mas Pram pun begitu. Mas Pram sering bertandang ke rumah, sekedar menemui Ayah dan Bundaku. Bertukar kabar lalu mengurai kisah masing-masing untuk dibagi. Begitu pula saat aku sedang libur sekolah dimana kami siswa siswi Aliyah diijinkan pulang ke rumah, dia berkunjung ke rumahku, dan kami mengobrol bersama Ayah dan Bunda. Mas Pram sekolah di SMA biasa. Tapi walaupun begitu hafalan Qur’annya bagus. Sering kuejek, ingin mengalahkan Jelita yang sekolah di Aliyah ya? Mas Pram hanya terkekeh.
            “Ya dong Jelita, Mas Pram kan mau jadi menantu yang baik buat Ayah Bunda Jelita. Masa calon imam kalah sama istri? Malu dong. Benar begitu, Yah?” Jawabnya meminta pembelaaan pada Ayah. Oh ya, Mas Pram memanggil Ayah dan Bundaku sama sepertiku, tetap dengan panggilan Ayah Bunda.
            Glek. Aku terdiam dan pipiku memerah. Malu. Berani sekali Mas Pram berbicara seperti itu, di depan Ayah pula. Ayah hanya tersenyum. Sepertinya Ayah dan Bunda telah menerima Mas Pram dengan baik. Ups, astaghfirullah, apa yang Jelita pikirkan ini ya Allah. Betapa ge-ernya Jelita. Astaghfirullah. Ampun ya Allah.
***
            “Jelita, baik-baik ya Nak. Belajar yang rajin di sana. Kerjamu tak banyak Nak, hanya belajar yang tekun dan lulus dengan hasil yang terbaik di mata Allah. Di mata manusia adalah bonusnya. Jangan tergoda dengan pergaulan lawan jenis ya Nak. Ayah tak ingin anak kesayangan Ayah hancur hati dan hidupnya oleh laki-laki, oke?”
Tiba-tiba Ayah mendatangi kamarku, saat aku baru saja selesai membaca surat cinta-Nya yang aku senangi, surat Ar-Rahmaan. Kata Bunda dulu Bunda rajin sekali membaca surat Ar Rahmaan dan Al Waqiah. Mengaji semua surat tetap, tapi setiap selesai shalat, sebelum mengaji pada maqra’ yang terus berlanjut, Bunda selalu membaca surat Ar Rahmaan dan Al Waqi’ah, terlebih saat selesai shalat malam dan shalat dhuha. Kata Bunda, kedua surat ini banyak fadhilahnya. Tentunya setelah membaca Al-Quran tak lupa membaca doa selesai membaca Al-Quran juga berdoa mencurahkan segala isi hati dan keinginan-keinginan dalam hidup dunia serta di akhirat nantinya, termasuk cita-cita, pasangan hidup juga rejeki.
Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan. Hmm. Aneh. Ayah melarangku bergaul dengan laki-laki lain tapi dengan Mas Pram Ayah Bunda begitu welcome. Pikiranku mulai ngawur lagi. Hmm, andai memang Ayah Bunda inginkan Aku dengan Mas Pram, aku sih siap dan oke saja. Selain sudah kenal, Ayah Bunda menerima dengan senang hati. Aku akan mengikuti apa yang menjadi sumber kebahagiaan Ayah Bunda jika memang itu benar dan baik. Yah, kerjaku tinggal belajar sebaik-baiknya agar bisa lulus MA, dan bisa tembus PTN di jurusan favoritku, tak muluk-muluk, aku kepengen jadi dosen dan pandai bahasa inggris secara aktif. Semoga Allah kabulkan. Aamiin.
***
Aku memang jarang berhubungan via sms dengan Mas Pram, mungkin kami berhubungan via doa. Aku pernah dengar pesan mbak mentoringku saat di SMP dulu, bahwa andaikata kita merindukan seseorang, maka bertemulah. Andaikata dia jauh, maka ingatlah dia dalam doa kita. Dengan kata lain, doakanlah orang yang kita rindui, semoga Allah menyampaikan apa yang kita rasa dan membalasnya dengan cara yang baik.
Aku selalu mendoakannya setelah mendoakan Ayah Bundaku. Ah, aku merasa seperti yang dikatakan orang backstreet saja. Teman-temanku tidak ada yang tahu kalau ada sesosok pangeran berkuda putih yang telah berhasil mengambil hati Ayah Bundaku. Mas Pram yang cool itu juga pasti tak kan berkoar-koar yang bukan-bukan. Aku tahu Mas Pram. Aku tahu sikapnya yang menjaga, amat sangat menjaga. Menjaga dirinya demi orang yang dicintainya, yaitu Jelita.
Aaa, Jelita ngelantuuur. Hatiku berteriak. Cup-cup-cup, sabarlah duhai hati. Belajar-belajar. Mau ujian, lulus dengan hasil terbaik dan semoga Allah berikan aku lulus dengan nilai terbaik di sekolah ini, aamiin.
***
            Kerjaanku hanya belajar dan berdoa setiap hari. Tak ada pikir lain. Restu orangtua setiap hari kupinta, lewat telepon maupun sekedar sms singkat pengobat rindu. Ujian sudah lewat. Tinggal menanti masa kelulusanku saja. Aku hanya terus optimis, bukan berarti aku congkak dan yakin bahwa aku akan melambung tinggi oleh hasil ujian ini. Tidak. Semuanya untuk Allah, Ayah, Bunda dan ustadz ustadzahku di Madrasah Aliyah ini.
            Aku juga sebelumnya telah mengikuti program Penelusuran Minat dan Prestasi di Universitas Pendidikan Indonesia. Kuambil Pendidikan Biologi. Aku cinta alam, aku suka semua berbau makhluk hidup dan aku senang mempelajarinya. Aku juga senang melukis, menggambar, membuat skets, dan aku suka pemandangan. Kurasa biologi akan banyak berhubungan dengan hal-hal itu.
***
            Hari ini kutunggu-tunggu karena pengumuman PMP yang kuajukan dua bulan lalu. Pengumuman kelulusan dua minggu lagi. Dag-dig-dug jantungku menunggu kabar. Aku menumpang di rumah saudara sepupuku untuk membuka internet, karena pengumumannya via internet. Banyak sekali nama yang lolos, bibirku komat-kamit membaca doa, semoga Engkau ijinkan Jelita lolos Ya Allah. Aamiin.
            Mataku dengan cepat bergerak membaca, dan terhenti pada 1 nama, Jelita Al Hadi. Namaku. Lolos di Pendidikan Biologi UPI. Alhamdulillah. Aku langsung sujud syukur dan menghaturkan doa tak henti-henti, lisanku terus-menerus berucap Alhamdulillah. Tak lama, ada sebuah sms masuk di handphoneku.

+6285616930…
Jelita, barakallah untuk kelulusanmu ya. Mas sudah lihat pengumumannya. Alhamdulillah, Mas lulus di Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
            Aku kembali mengucap syukur. Dan tak lama Ayah menelponku. Ternyata Ayah sudah tahu, karena Mas Pram sudah terlebih dulu memberitahukan kabar bahagia ini pada Ayah. Kami tinggal menunggu kabar kelulusan saja. Alhamdulillah.
***
            Pengumuman kelulusan sudah 2 bulan lalu. Aku lulus dengan nilai terbaik seprovinsi. Bagaimana bisa? Tanya saja pada Allah. Mas Pram juga lulus dengan nilai terbaik di SMAnya. Dan sekarang kami sudah berada di kota rantauan masing-masing. Aku di Bandung dan Mas Pram di Jogja. Kami masih berhubungan via sms (dan doa sepertinya).
            Ohya, tahukah? Pesan Ayah sebelum kami berangkat sangat mengejutkan. Ayah sudah terang-terangan membicarakan hubungan kami ke depannya. Ayah sudah serius menginginkan Mas Pram jadi suamiku. Dan begitu pula Mas Pram, sebenarnya Mas Pram yang ternyata lebih dulu mengutarakan niatnya untuk segera melamarku. Tapi kata Ayah tak baik menjauhkan jarak antara lamaran dengan pernikahan. Itulah sebabnya Ayah meminta kami merahasiakan hubungan ini. Ayah meminta kami bersikap biasa saja, bukan seperti orang pacaran, hanya menjaga pergaulan dengan mengingat bahwa Ayah sudah pilihkan calon untukku.
            Hmm. Ini ya namanya backstreet? Kampusku dan kampus Mas Pram adalah kampus islami dan agamis. Aku nyaman berada di dalam lingkungan ini. Ah tapi aku tak merasa backstreet. Aku hanya menjaga diriku untuk seseorang yang aku pura-pura belum kenal aja, anggap saja aku belum pernah kenal dengan Mas Pram. Mas Pram pun begitu. Kami seolah-olah tak pernah kenal. Tak pernah sms, apalagi telpon. Mas Pram hanya menghubungi Ayah Bundaku saja. Jadi, aku hanya mengetahui kabar Mas Pram dari Ayah atau Bunda saat beliau berdua menelpon dan menyelipkan sedikit kabar mengenai seseorang yang (sebenarnya memang aku impikan) akan jadi pendamping hidupku di dunia juga di akhirat. Aamiin.
***
            Aku dan Mas Pram sudah di tahun ketiga. Hatiku sudah rindu menikah. Pendidikanku kurang lebih 2 semester lagi selesai dan aku bisa lulus. Kuliahku lancar dan hasilnya cum laude, In Syaa Allah.  Ya, ini karena aku terus mengingat Ayah dan Bunda setiap aku malas dan ingin mengeluh. Aku selalu ingat perjuangan Ayah Bunda untukku, kelelahan Ayah dan Bunda untukku walau tanpa mereka ucap padaku, tapi aku tahu, dan aku harus membayar semua lelah itu. Harus, Allah bantu aku, PASTI.
            Aku mulai memberanikan diri menyatakan bahwa aku siap menikah pada Ayah dan meminta Mas Pram untuk segera melamarku dan menyegerakan akad. Ayah langsung setuju dan langsung mengucap syukur. Ternyata sebenarnya Ayah mengijinkan aku menikah andaikata memang dari semester satu dulu sudah siap. Ayah hanya takut konsentrasiku pada kuliah buyar. Kalau masalah Mas Pram , kata Ayah tadi beliau sudah mempunyai pekerjaan. Subhanallah. Sepertinya Allah mempermudah segala niat baik kami.
            Aku sumringah. Backstreet ala Jelita ini akan segera berakhir. In Syaa Allah, aku akan memiliki pendamping hidup dunia akhirat dalam waktu dekat ini. Penantian panjang hati ini akhirnya berlabuh juga. Berlabuh, seperti ingin Ayah Bunda, juga Mas Pram dan aku tentunya, yang Allah ridhai.
***
            Alhamdulillah, backstreet ala Jelita berakhir. Aku telah mendampingi Mas Pram di wisuda Sarjana Pendidikannya dengan predikat cum laude seminggu lalu di Bandung dengan kondisiku yang hamil 6 bulan. Alhamdulillah.
            Dan hari ini, Mas Pram mendampingiku wisuda Sarjana Pendidikan dengan predikat cum laude. Alhamdulillah. Walau togaku membulat di bagian perut karena ada calon buah hati kami di sana. Aku bahagia.
            Inilah sebaik-baik penjagaan. Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. In Syaa Allah. Aamiin.
***

Indralaya, 20 Februari 2013

***
Ria Hidayah, putri pertama pasangan guru SMP dan TK, Ridwan dan Yuniar ini di Belinyu tanggal 26 Oktober 1990. Penggila Pooh, kolektor buku dan pernak pernik kerajinan tangan yang sedang menyelesaikan S1 Pendidikan Biologi UNSRI ini bercita-cita menjadi guru berprestasi, penulis handal dan crafter berbakat. Peraih harapan 1 essai pelajar provinsi BABEL dan juara 5 event Hereafter Savings. 35 antologinya telah terbit dan beberapa sedang proses terbit. Domisili di Indralaya-Ogan Ilir. Email r_ia_h@yahoo.co.id. Fb Muth El Hadi. Blog riahidayah.blogspot.com.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

2 komentar:

  1. :D hihihi lucu juga ceritanya...keknya itu cerita nyerempet2 ke arah kisah pribadi aya yaaa... hehehe. tp, kalo menurutku agak aneh jg sih krn dlm islam yg sbnrnya gak ad yg begituan, backstreet-an segala.

    but overall, aku suka. ^_^ aku jd ingat sama sahabatku waktu SD jdinya hihihi, awal ceritanya hmpir sama dgn kisahku hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena itulah pake kata Ala di judulnya.. Intinya emang engga ada.. Hihihi... makasih udah baca dan kasih komen ^_^

      Hapus

Trims ya sudah berkenan ninggalin jejak di Memories of My Life .n_n.